Senin, 28 Juli 2008

Saya, Kesejahteraan Sosial, Kecintaan dan Masa Depan

(Oleh : Rangga Aditya Perdhana NPM : 170310060057)
Penulis : anak asuh akademik saya dimana setiap minggu rutin berdiskusi aneka Kesejahteraan Sosial. ini merupakan tulisan awal penulis yang saya coba publikasikan melalui blogs, sedangkan ke depan dicoba berkarya untuk dipublikasikan di media massa, jurnal maupun melalui program kreativitas mahasiswa bidang penelitian dari Dikti Depdiknas. Soni A. Nulhaqim


Setelah saya lulus SMA tentunya yang menjadi tujuan berikutnya adalah jenjang kuliah, disaat saya harus memikirkan mengenai kemana saya harus meneruskan jenjang pendidikan saya, memang saya telah merajut mimpi untuk dapat masuk dan diterima kedalam Universitas Padjajaran. Awalnya yang terbayang dalam benak saya adalah saya ingin mendalami ilmu hukum yang ada di Unpad, tetapi seiring berjalannya waktu saya menjadi mengerti dan memahami bahwa ternyata ilmu sosial adalah sebuah panggilan hati kepada saya. Karena memang saya memilih ilmu sosial disaat SMA, lalu yang menjadi pertanyaan dalam benak saya adalah jurusan apa yang tepat untuk saya nanti? Setelah melalui proses pemikiran yang panjang disertai dengan berdoa dan konsultasi dengan guru, maka Kesejahteraan Sosial adalah jurusan yang dikedapankan oleh guru saya waktu itu.
Akhirnya saya pun memilih jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial sebagai pilihan saya, yaa, walaupun hanya pilihan kedua tetapi saya yakin bahwa ini adalah petunjuk dari yang Maha Kuasa untuk jenjang pendidikan berikutnya yang harus saya tekuni. Alhamdulillah ternyata saya dapat diterima masuk Unpad melalui jalur SPMB, sejak diterima saya tahu bahwa inilah jawaban dari semua tanya yang terjadi selama saya memikirkan harus melanjutkan kemana. Jujur setelah saya resmi dan masuk kedalam keluarga besar Ilmu Kesejahteraan Sosial, saya masih sangat bingung dan bertanya-tanya seperi apakah Kesejahteraan Sosial itu. Waktu pun berjalan seiring proses perkuliahan yang saya tekuni, saya terus mencari jawaban mengenai apa makna, hakikat dari Kesejahteraan Sosial itu sendiri. Tepatnya mulai semester empat barulah saya dapat lebih mengerti dan memahami mengenai Kesejahteraan Sosial. Setelah saya mengikuti semua mata kuliah yang ada, saya cukup tertarik pada beberapa mata kuliah yang ada khususnya yang menjelaskan mengenai sosial pada umunya dan Kesejahteraan Sosial khususnya. Kecintaan saya terhadap Kesejahteraan Sosial pun mulai tergugah dan bangkit, saya telah menjadi lebih memahami dan menemukan jawaban yang selama ini menjadi pertanyaan dalam benak saya. Bahwa sebenarnya Kesejahteraan Sosial itu luar biasa!! Apa alasan saya mengatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah sebuah disiplin ilmu yang luar biasa? Jawabannya adalah karena dalam Kesejahteraan Sosial kita semua dapat memahami bahwa dari semua sudut pandang yang ada mengenai masalah yang terjadi dan berkembang pada masyarakat dan negara kita saat ini akarnya adalah masalah sosial! Setelah saya memahami hal itu saja saya tahu bahwa saya berada pada studi ilmu yang benar. Kecintaan saya terhadap Kesejahteraan Sosial pun semakin bertambah dikarenakan bila kita melihat keadaan yang terjadi pada negeri tercinta kita ini sangatlah menyentuh hati bahkan meremukkan hati. Sudah sepatutnya kita sebagai sarjana lulusan Kesejahteraan Sosial menjadikan masalah yang terjadi pada negeri kita saat ini sebagai fokus utama untuk dapat menyelesaikannya. Bila saya berorientasi pada kemana fokus yang ingin tekuni nanti, saya sangat tertarik kepada masalah sosial secara makro. Bila kita melihat dengan hati nurani yang bersih dan tidak dikotori oleh kemunafikan seperti layaknya para aktor-aktor politik yang seharusnya mewakili rakyat tetapi malah membohongi rakyat, tentunya kita dapat melihat bahwa masalah sosial adalah akar dari semua masalah yang melanda negeri kita saat ini.
Sebagai contoh masalah politik, ekonomi, hukum, budaya, transportasi, pendidikan serta setiap kebijakan yang ada, masalah klasik yang terjadi adalah buruknya mentalitas masyarakat bangsa ini. Pelanggaran hukum yang tentunya terkait dengan pelanggaran nilai dan norma sosial yang ada adalah contoh yang konkret dari masalah yang terjadi di Indonesia. Korupsi mungkin sebagian orang awam memandangnya sebagai masalah hukum dan harus ditindak dengan sanksi hukum saja, padahal masalah korupsi akarnya adalah buruknya mentalitas yang dimiliki para koruptor sehingga menghalalkan segala cara untuk dapat memakmurkan diri sendiri dengan mengorbankan masyarakat luas terutama kalangan menengah kebawah. Masalah ekonomi juga sangat erat kaitannya dengan masalah mentalitas, sebagai contoh kemiskinan yang terjadi pada banyak masyarakat saat ini tentunya tidak hanya karena kenaikan semua bahan kebutuhan pokok yang ada karena melonjaknya harga minyak dunia. Tetapi terkadang banyak kalangan masyarakat yang tidak mau berusaha untuk menjadi lebih baik secara ekonomi karena mereka malas untuk bekerja, mereka hanya mengharapkan uluran bantuan dari BLT, padahal pemerintah juga telah memberikan bantuan kredit mikro yang seharusnya dimanfaatkan rakyat untuk dapat mengembangkan usahanya. Masalah ini juga terkait dengan mentalitas. Bila kita lihat dari sudut pandang pemerintahan masalah ekonomi sebenarnya telah dilakukan berbagai penyelesaiannya diantaranya dengan Community Development atau Pengembangan Masyarakat (PM) yang kini semakin populer sebagai salah satu pendekatan pembangunan yang berwawasan lokal, partisipatif dan edukatif. Secara akademis, PM dikenal sebagai salah satu metode pekerjaan sosial (social work) yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial. PM merupakan spesialisasi atau setting praktek pekerjaan sosial yang bersifat makro (macro practice). tetapi yang menjadi masalah terkadang adalah pembangunan yang ada masih melakukan pendekatan pembangunan masa lalu yaitu, pendekatan pembangunan yang sering dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat senantiasa berporos pada pertumbuhan ekonomi yang sentralistis. Dalam pendekatan yang demikian, masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan tidak dilibatkan dan bahkan diasingkan dari proses pembangunan yang sesungguhnya terkait dengan hajat hidup mereka. Dimensi partisipatif dari pembangunan telah diabaikan. Masyarakat tidak dipandang sebagai aktor yang memiliki potensi dan kemampuan dalam mengembangkan kualitas hidupnya. Mereka sering dianggap hanya sebagai penerima pasif dari berbagai ragam kegiatan pembangunan. Mereka dipinggirkan atas nama pembangunan. Inilah yang menjadi fokus pemerintah saat ini yang tidak lain adalah membenahi mentalitas para pelaku pembangunan ekonomi yang sejatinya meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan ini.
Pendidikan adalah masalah yang menjadi fokus utama dan terbesar dalam proses pembangunan saat ini yang dapat menunjang terbentuknya mentalitas, sikap dan pemikiran yang jauh lebih dewasa dan maju. Dengan pola pendidikan yang baik, dan wajib belajar yang dicanangkan pemerintah sudah seharusnya masyarakat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan menjadikan pendidikan bukan hanya kebutuhan tetapi juga kewajiban yang tentunya dapat menunjang mereka suatu saat nanti. Pemerintah sudah seharusnya membebaskan biaya pendidikan bagi setiap masyarakat yang ingin maju dalam bidang pendidikan. Karena dengan pendidikan yang baik dan mentalitas baik pula, maka akan tercipta masyarakat yang kompeten, kompetitif, dalam melakukan daya saing dengan orang lain yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia
Politik adalah sebuah panggung masalah sebenarnya, karena disaat masyarakat mengeluh terhadap keadaan ekonomi saat ini, para pemeran politik asyik menghambur-hamburkan uang untuk kampanye agar terpilih sebagai seorang pemimpin dengan tujuan visi misi palsu yang menipu masyarakat dengan semua janji-janjinya. Ditambah lagi dengan berhamburnya partai-partai politik yang ada menyebabkan masyarakat menjadi bingung untuk menentukan pilihannya. Seandainya para politikus sukses menjadi pemimpin tetapi tidak disertai dengan keinginan luhur untuk memperbaiki bangsa ini, tentunya sang pemimpin itu telah kembali membohongi rakyat. Kembali lagi kepada masalah mentalitas yang buruk dari sebagian besar politikus yang ada di negara ini, tentunya korbannya adalah rakyat lagi.
Saya juga cukup menyoroti masalah transportasi yang terjadi pada negara kita. Kesemerawutan adalah potret nyata transportasi Indonesia saat ini. Kita mulai dari kemacetan yang tidak lain adalah kerena ketidakdisiplinan pengemudi saat ini, menerobos lampu merah, parkir sembarangan, angkutan berhenti tidak pada tempatnya, sampai motor melewati trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Jika kita melihat beberapa jenis angkutan umum bis kota yang terus memaksakan memenuhi muatan angkutannya tanpa memperhitungkan keselamatan bagi setiap penumpannya juga adalah potret dari betapa buruknya bahkan bobroknya mentalitas masyarakat bangsa ini. Sudah seharusnya masyarakat saat ini merubah cara pandang dan mentalitas dalam menjalani setiap detik kehidupan. Jika kita melihat semua masalah yang terjadi menyangkut mentalitas tadi, kita dapat mengambil contoh negara-negara berkembang yang ada saat ini terus memperbaiki mentalitasnya. Itu semua terbukti dengan pembangunan, tingkat ekonomi, dan transportasi yang semakin hari semakin baik. Seharusnya kita mengambil makna dari filosofi orang Korea yaitu, disaat orang lain tidur saya bangun, disaat orang lain bangun saya berjalan, disaat orang lain berjalan saya berlari, dan disaat orang lain berlari saya sudah dapat terbang. Apa makna yang dapat kita resapi dalam filosofi tersebut? Ya, bekerja keras dengan kemauan yang kuat dan didukung dengan mentalitas yang baik akan menghasilkan seseuatu yang sangat baik sesuai kerja keras yang dilakukan.
Jika kita membahas semua masalah yang ada diatas, tentunya yang menjadi fokus masalah adalah bagaimana kita dapat membenahi buruknya mentalitas dan bagaimana memperbaiki pranta nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sudah disalahartikan dan di hancurkan oleh beberapa orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dengan memperbaiki fondasi yaitu membangun mentalitas yang baik, maka dengan sendirinya setiap orang akan menaati dan menjalani nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan hukum yang mengatur setiap masyarakat didalam negara ini. Inilah sebuah mimpi besar yang saya yakin suatu saat nanti saya dapat mewujudkan dan merubah iklim, paradigma, sikap, dan mentalitas yang terjadi pada masyarakat kita saat ini menjadi sebuah masyarakat dan negara yang sangat baik mulai dari fondasi mental yang dibangun sejak dini sampai Indonesia bisa menjadi negara yang disegani diseluruh dunia. Marilah kita sama-sama memperbaiki dan membangun negara tercinta kita ini.
Jika kita membahas mengenai sebagaian kecil dari wacana diatas, tentunya itu dapat menggelitik dan membuat sarjana lulusan Kesejahteraan Sosial menjadi sadar bahwa sangatlah banyak fokus bidang pekerjaan yang dapat kita geluti nanti. Dengan semua disiplin ilmu sosial yang saya miliki baik mengatasi masalah dari sudut pandang mikro sampai sudut pandang makro tentunya saya menjadi yakin bahwa lulusan Kesejahteraan Sosial lah yang sangat dibutuhkan masyarakat saat ini. Karena hal itu saya menjadi lebih cinta, semangat untuk mendalami studi saya di dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial. Tentunya ini menjadi motivasi tersendiri bagi semua mahasiswa Kesejahteraan Sosial dan akan membuat sadar bahwa sebenarnya bangsa ini sangat membutuhkan orang-orang seperti kita. (Rangga Aditya Perdhana, saat ini saya sedang menjalani studi Semester IV Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran).

Minggu, 27 Juli 2008

Kesejahteraan Sosial Sebagai Ilmu

Walaupun masih langka, beberapa ilmuan yang secara spesifik mendefinisikan Kesejahteraan sebagai ilmu yaitu Prof. Paulus Tangdilinting dan Prof Isbandi A. Rukminto. Rukminto mengemukakan bahwa Kesejahteraan sebagai ilmu yang mempelajari strategi dan teknik untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan, sedangkan Tangdilinting membedakan antara definisi kesejahteraan Sosial pada level sarjana adalah ilmu yang mempelajari strategi peningkatan kualitas hidup manusia dengan menggunakan pendekatan mikro, sementara. Level pascasarjana adalah ilmu yang mempelajari strategi peningkatan kualitas hidup manusia dengan menggunakan pendekatan makro. Kedua pendapat tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk memperkuat kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu. Kesejahteraan sebagai suatu ilmu dapat secara komprehensif menguraikan kesejahteraan sosial : falsafah, teori-teori, pendekatan, strategi dan teknik agar hidup manusia sejahtera. Bukankah pembangunan, program, dan kegiatan yang dilakukan oleh siapapun bertujuan untuk kesejahteraan sosial/ manusia? Jawabannya secara langsung iya, namun apakah kesejahteraan sosial sebagai ilmu ? tentunya jawabannya tidak sederhana, perlu ditanggapi secara holistik dan atau dualiatic aproah. untuk meresponnya, penulis sedang menyiapkan buku yang diprediksikan akhir tahun 2008 bisa diselesaikan. mohon doanya saja…. (Soni A. Nulhaqimn Staf Pengajar Jurusan Kesejahteraan Sosial Fisip Unpad)