Senin, 14 Januari 2008

PERENCANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL DAN MAHASISWA PEMONDOK DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG

Oleh: DR. Soni A. Nulhaqim.S.Sos.M.Si

ABSTRAK
Lingkungan yang diharapkan di Jatinangor adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, maka peningkatan kesehatan lingkungan masyarakat harus lebih baik. Dalam penelitian yang berjudul Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan Mahasiswa Pemondok Dalam Pembangunan Kesehatan Berwawasan Lingkungan Di Jatinangor Kabupaten Sumedang, bertujuan untuk mengetahui Keadaan kesehatan di Jatinangor, Perilaku masyarakat dan Mahasiswa dalam pembangunan kesehatan berwawasan lingkungan, Peran masyarakat dan mahasiswa dalam pembangunan kesehatan lingkungan meliputi RAKSA (rumah, air bersih, kakus, sampah dan air limbah rumah tangga). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kuantitaif dengan mengambil sampel 30 responden mahasiswa dan 30 responden dari penduduk lokal.
Hasil kajian adalah untuk Rumah Sehat mayoritas sudah permanen upaya-upaya yang dilakukan responden untuk menjaga rumah sehat hanya berupa kebiasaan responden seperti membuka pintu atau jendela, sedangkan tiap responden sudah memiliki keinginan untuk menjaga keharmonisan interaksi antara penduduk lokal dengan mahasiswa dan sebaliknya. Air Bersih, sumber air untuk keperluan mandi di dapat dari sumur bor atau galian. Sedangkan untuk dikonsumsi lebih banyak yang membeli kemasan isi ulang atau membeli air mineral. Upaya-upaya responden mahasiswa maupun penduduk untuk menjaga agar air tidak kootr yaitu memilih dengan membesihkan tempat penampungan air. Kakus/MCK, mayoritas sudah memiliki kakus/MCK sendiri, dan mayoritas sudah menggunakan septic tank. Sampah, sebagian besar responden mengurus sampah rumah tangga sendiri, dengan membuang di tong sampah, namun setelah itu banyak dengan cara dibakar sebab petugas kebersihan belum ada (belum ada yang mengangkut sampah). Air Limbah Rumah Tangga, Mayoritas responden sudah memiliki saluran air limbah rumah tangga dan arah aliran air tersebut menuju ke saluran air (selokan) umum.
Dalam mengatasi permasalahan Kesehatan Lingkungan, maka diiperlukan suatu Kerja sama yaitu kemitraan dari semua pihak dan sinkronisasi terutama dalam menjalankan program-program berdasarkan bidang Rumah Sehat, Air Bersih, Kakus, Sampah, dan Air limbah.

1 Penelitian, Dibiayai oleh Dana DIPA PNBP Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2006
Berdasarkan SPK No. 207/J06.14/LP/PL/2006 Tanggal 29 Maret 2006
2 Ketua Peneliti

Latar Belakang
Jatinangor adalah salah satu kecamatan di Barat Kab. Sumedang dan dikenal sebagai kawasan pendidikan, di dalamnya terdapat empat Perguruan Tinggi yaitu Universitas Padjadjaran, Universitas Winaya Mukti, IKOPIN (Institut Koperasi dan Manajemen Indonesia), dan IPDN (Institut Pendidikan Dalam Negeri). Maka dari itu pendatang yang berasal dari luar dari daerah untuk menuntut ilmu di Jatinangor semakin banyak. Jumlah pemondokan yang disediakan untuk mahasiswa terus bertambah, berdasarkan data Kecamatan Jatinangor pada tahun 2002 jumlah pemondokan telah mencapai 927 buah dan jumlah kamar 11.341 kamar, sedangkan jumlah kamar yang terisi yaitu 8.907. Jika melihat jumlah mahasiswa yang mondok di Jatinangor cukup besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Jatinangor yaitu sebesar 68.411 jiwa.
Semakin banyaknya mahasiswa, maka pembangunan fisik di Jatinangor sangat cepat untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dari luar, akibatnya pembangunan kurang memperhatikan aspek pembangunan kesehatan berwawasan lingkungan. Seperti semerawutnya penataan pembangunan pondokan hingga lahan untuk serapan air semakin berkurang, bahkan ada beberapa titik rawan air bersih, kemudian semakin banyaknya pondokan maka dibutuhkan banyaknya tempat untuk septictank, jika tidak memperhatikan hal ini maka sumber air bersih akan mudah tercemar, kemudian pengelolaan sampah masih kurang, terutama dari fasilitas sampah. Maka diperlukan usaha-usaha dalam pembangunan kesehatan yang berkesinambungan dengan mensinergikan antara masyarakat lokal dengan mahasiswa pendatang yang mondok di daerah Jatinangor.
Lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan permukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong-menolong dalam memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Maka masa depan yang ingin dicapai melalui pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan berwawasan lingkungan dimana masyarakatnya hidup dalam lingkungan yang sehat dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil, merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sehingga Kabupaten Sumedang dapat memberi andil cukup besar dalam pencapaian tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional yaitu Indonesia Sehat 2010.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, diperlukan usaha-usaha dalam meningkatkan kesehatan masyarakat beserta lingkungannya dengan mendorong kemandirian para mahasiswa pondokan dan masyarakat lokal untuk hidup sehat yaitu perlu ditingkatkannya tingkat perilaku sehat mahasiswa pondokan dan masyarakat lokal dalam pembangunan kesehatan terutama dalam lingkungan mereka, hingga pola perilaku mereka dapat membentuk kondisi lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat.
Upaya tersebut dilakukan melalui perencanaan pembangunan kesehatan yang difokuskan pada pemberdayaan mahasiswa pondokan dan masyarakat lokal dalam pembangunan kesehatan yang berwawasan lingkungan yang sehat agar terdorong kemandirian masyarakat secara keseluruhan untuk hidup sehat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan identifikasi masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana keadaan lingkungan pemondokan Mahasiswa dan rumah penduduk?
2. Bagaimana keadaan keadaan air bersih di lingkungan pemondokan mahasiswa dan rumah penduduk?
3. Bagaimana keadaan Kakus/MCK di lingkungan pemondokan mahasiswa dan rumah penduduk?
4. Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan pemondokan mahasiswa dan rumah penduduk?
5. Bagaimana saluran pembuangan air limbah rumah tangga di lingkungan pemondokan mahasiswa dan rumah penduduk?
6. Bagaimana perencanaan pemberdayaan masyarakat lokal dengan mahasiswa pemondok dalam pembangunan kesehatan berwawasan lingkungan?
Kemudian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari tentang:
1. Keadaan lingkungan pemondokan Mahasiswa dan rumah penduduk
2. Keadaan keadaan air bersih di lingkungan pemondokan mahasiswa dan rumah penduduk
3. Keadaan Kakus/MCK di lingkungan pemondokan mahasiswa dan rumah penduduk
4. Keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan pemondokan mahasiswa dan rumah penduduk
5. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga di lingkungan pemondokan mahasiswa dan rumah penduduk
6. Perencanaan pemberdayaan masyarakat lokal dengan mahasiswa pemondok dalam pembangunan kesehatan berwawasan lingkungan
Definisi Operasional
Guna mengarahkan penelitian ini, penyusun mengemukakan definisi operasional sebagai berikut:
1. Pembangunan kesehatan adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal.
2. Kesehatan berwawasan lingkungan adalah keadaan tempat tinggal masyarakat baik individu, keluarga maupun masyarakat yang menunjang hidup sehat.
3. Pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat untuk mengatasi permasalahannya sendiri dalam menjalankan hidupnya.
4. Perencanaan adalah adalah proses dalam menyusun arah tujuan dengan mempersiapkan tahapan-tahapan tertentu untuk mencapai tujuan tersebut.
5. Program-program yang ditujukan untuk mencapai tingkat kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan dengan menjaga lingkungannya hingga menjadi kondusif untuk hidup sehat.
6. Perencanaan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan berwawasan lingkungan yaitu penyusunan arah tujuan program pembangunan kesehatan berwawasan lingkungan dengan memegang prinsip partisipasi, kemandirian, dan kesinambungan.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik artinya menggambarkan dan mendeskripsikan fenomena yang ada saat penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan teknik survey. Serta untuk mendapat dukungan data, dalam penelitian ini mengambil beberapa orang untuk di wawancara tersturktur. Penelitian ini dilakukan di Jatinangor, Kabupaten Sumedang dengan sasaran populasi adalah mahasiswa pondokan, masyarakat lokal, tokoh masyarakat dan aparat pemerintah khususnya instansi terkait yang memiliki kewenangan dalam perencanaan pembangunan kesehatan baik dari tingkat II maupun sampai tingkat kecamatan. Penentuan wilayah berdasarkan jumlah mahasiswa yang paling banyak berdasarkan data di pemerintahan kecamatan Jatinangor. Teknik penentuan menggunakan Quota random samling yaitu dengan mengambil sampel 30 responden mahasiswa yang tinggal di pemondokan dan 30 responden masyarakat setempat. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental random sampling
Untuk keperluan analisis kajian ini, data atau informasi yang dikumpulkan berasal dari data hasil wawancara kepada masyarakat dalam pembangunan kesehatan berwawasan lingkungan Kemudian data juga diperoleh dari tokoh masyarakat setempat dalam bentuk indepth interview dan data penunjang lainnya dari dinas-dinas atau sumber-sumber lain. Untuk melengkapi kajian ini dilakukan pula penelusuran dari berbagai kebijakan atau dokumen yang terkait dengan kajian ini.
Data yang terkumpul, terutama hasil kuesioner diproses dengan menggunakan program SPSS, yaitu program statistik dengan menggunakan alat bantu komputer. Sebelum data di proses terlebih dahulu dilakukan coding data yaitu kegiatan untuk mengklasifikasikan jawaban responden ke dalam kelompok-kelompok yang telah ditentukan, hal ini dilakukan terutama pada jawaban yang bersifat terbuka. Setelah kegiatan coding dilakukan maka proses berikutnya adalah entry data yaitu kegiatan memasukan data hasil wawancara yang telah melewati proses peng-codingan ke dalam program SPSS yang selanjutnya dilakukan pengolah data. Hasil dari pengolahan data ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi. Sementara informasi dari Instansi pemerintah dilakukan melalui kategori data, pengecekan data oleh informan dan pengungkapan informasi secara naratif.

Hasil Dan Pembahasan
Karekteristik Responden
Sebanyak 60 responden berhasil dijaring dalam penelitian ini yaitu 30 responden dari mahasiswa pemondok dan 30 responden dari penduduk lokal. Seluruh responden diambil sekitar kampus Universitas Padjadjaran dan IKOPIN yaitu di Desa Hegarmanah dan Desa Cibeusi, karena kedua Desa dianggap paling banyak jumlah mahasiswanya.
Dari jumlah keseluruhan responden yang terjaring dalam ini beragam kategorii dikedepankan untuk deskripsi profil responden. Dalam survey ini ditanyakan kepada responden mengenai jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, jumlah balita dan jumlah anggota keluarga, dan pendapatan atau pengeluarannya. Hal ini cukup untuk mengukur aspek sosial ekonomi sebagai independent variable.
Berdasarkan umur responden terutama penduduk lokal sebagian besar responden berada pada rentang usia 20-39 tahun yaitu 66,7%, selanjutnya adalah rentang usia 40 – 54 tahun sebanyak 8 26,7%, sedangkan rentang usia 15 - 19 dan 55 – 64 tahun masing-masing sebanyak 3,3%. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya penduduk lokal Jatinangor berada pada usia yang cukup muda dan produktif.
Sedangkan kategorisasi unur responden dari mahasiswa berbeda dengan penduduk lokal karena diindikasikan kedua kelompok responden memiliki perbedaan pengelompokan umur yang sangat berbeda, karena rentang umur mahasiswa dibatasi oleh peneliti antara 17 sampai 25 tahun, walaupun ada yang diatas dari 25 tahun tetapi tidak melebihi dari 30 tahun.berikut adalah kategori umur responden dari mahasiswa pemondok dalam penelitian ini adalah diantara 17 sampai 18 tahun sebesar 10%, kemudian antara 19 sampai 20 tahun sebesar 43%, rentang antara 21 – 22 tahun sebesar 36,7%, rentang antara 23 – 24 tahun sebesar 6,7%, sedangkan rentang di atas dari 25 tahun hanya sebesar 3,3% saja.
Kemudian pendidikan terakhir, untuk reponden penduduk lokal dan mahasiswa pemondok adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian yang dilakukan pada penduduk lokal Jatinangor diketahui bahwa pada tingkat pendidikan sebagian besar adalah SLTA sebanyak 16 orang (53,3%), dikuti oleh lulusan SLTP sebanyak 11 orang (11%), lulusan S-1 ada 2 orang (6,7%), sedangkan lulusan SD hanya ada 1 orang (3,3%). Saat ini di daerah kawasan pendidikan Jatinangor tercatat ada empat perguruan tinggi besar, yaitu Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Winaya Mulkti (UNWIM), Institut Pendidikan Koperasi Indonesia (IKOPIN) dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Akan tetapi dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat lihat bahwa banyaknya kampus yang berada di daerah jatinangor tidak berkorelasi secara lansung terhadap peningkatan pendidikan penduduk lokal. Seharusnya sebagai institusi pendidikan tinggi, universitas-universitas tersebut berkewajiban dan harus dapat meningkatkan kapasitas pendudul lokalnya, khususnya dalan bidang pendidikannya.
Sedangkan tingkat pendidikan untuk responden mahasiswa keseluruhan adalah SMA, tetapi kini mereka sedang menempuh jenjang pendidikan S1, yaitu 4 responden kuliah di IKOPIN sedangkan sisanya 26 responden kuliah di Universitas Padjadjaran Jatinangor.
Kemudian kategori mengenai jenis kelamin responden adalah sebagai berikut. Responden penduduk lokal dalam penelitian ini dalam hal jenis kelaminnya adalah sama besarnya, yaitu 15 orang responden Laki-laki (50%) dan 15 orang responden Perempuan (50%). Sedangkan responden mahasiswa, responden laki-laki adalah 13 orang sedangkan perempuan 17 orang.
Kategori berikutnya adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden penduduk lokal. adapun kategorisasi jenis pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut : Dalam bidang perkerjaan dari 30 orang penduduk lokal yang dijadikan responden dalam peneltian ini, terlihat bahwa hampir semua bidang mata pencaharian terdapat pada responden. Persentase terbesarnya adalah ibu rumah tangga yaitu 40%, dikuti oleh wiraswasta 16,7%, kemudian penjaga kos 13,3%, sedangkan pemilik kos 6,7%, buruh pabrik, karyawan dan responden yang tidak berkerja masing-masing ada 6,7%, sedangkan profesi guru hanya 3,3%. Mata pencaharian wiraswasta menempati urutan kedua dalam bidang pekerjaan di Jatinagor dikarenakan potensi pasarnya yang besar. Dengan jumlah mahasiswa yang banyak, perdagangan di anggap sebagai salah satu sektor yang cukup menguntungkan secara ekonomi. Salah satu fenomena yang cukup menarik adalah walaupun Jatinangor tercatat sebagai wilayah kosan yang cukup banyak, akan tetapi dalam status kepemilikan banyak dimiliki oleh orang-orang di luar wilayah ini, kebanyakan dari penduduk lokal hanya bertindak sebagai penjaga kosan. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian yang telah dilakukan dimana responden yang berkerja sebagai penjaga kosan 13,3% sedangkan penduduk lokal yang memiliki kosan 6,7%.
Berikut ini adalah tabel mengenai jumlah pendapatan dari responden penduduk lokal, yaitu : Pendapatan adalah salah satu indikator yang penting dalam penelitian ini. Asumsinya adalah keluarga yang memilki pendapatan di atas rata-rata akan memiliki akses yang lebih terhadap fasilitas maupun sarana kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang cukup dan memadai maupun pemenuhan pangan yang cukup baik gizinya. Dari hasil penelitian terhadap 30 responden diketahui 46,7% memilki pendapatan antara Rp 500.000 – 1.000.000, 23,3% memiliki pendapatan > Rp 1.500.000, 20% pendapatanya <>

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda